Tangerangsatu Bola – Sir Jim Ratcliffe menegaskan bahwa pemangkasan besar-besaran di Manchester United adalah langkah krusial untuk menghapus budaya medioker dan membangun fondasi finansial yang kuat. Keputusan sulit seperti penghapusan fasilitas makan gratis dan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 450 staf dianggap perlu demi efisiensi dan masa depan klub.
Sejak mengakuisisi 27,7% saham klub senilai Rp 22 triliun dari keluarga Glazer pada Februari 2024, Ratcliffe mengambil alih kendali operasional sepak bola di Old Trafford. Dalam 18 bulan kepemimpinannya, pengusaha asal Inggris itu telah menghapus kebijakan makan gratis untuk staf dan menaikkan harga tiket pertandingan menjadi Rp 1,5 juta tanpa diskon untuk anak-anak maupun lansia.

Kebijakan ini memicu reaksi keras dari suporter, tetapi Ratcliffe berpendapat bahwa efisiensi adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan daya saing klub. Ia menyatakan bahwa biaya operasional klub terlalu tinggi dan ada tingkat mediokritas yang harus dihilangkan demi kinerja yang lebih profesional.
Ratcliffe menilai bahwa di balik nama besar Manchester United, banyak bagian organisasi yang tidak efisien. Baginya, penghematan bukan hanya soal memangkas biaya, tetapi juga mengubah budaya kerja agar klub lebih produktif. Ia menekankan bahwa kesuksesan sepak bola modern tak terpisahkan dari manajemen keuangan yang disiplin. Profitabilitas klub menjadi dasar untuk meningkatkan kualitas skuad dan daya saing di lapangan.
Ratcliffe menjelaskan bahwa sepak bola memiliki dua sisi: bisnis dan olahraga. Ia menyebut hubungan antara hasil di lapangan dan kondisi finansial klub sangat kuat. Semakin besar kemampuan finansial, semakin baik pula skuad yang bisa dibangun. Ia membandingkan kondisi klub dengan tim Formula 1, di mana performa terbaik hanya bisa dicapai jika kendaraan – atau dalam hal ini skuad – dibangun dengan sumber daya yang cukup. Oleh karena itu, tahun pertama kepemimpinannya difokuskan pada perbaikan fondasi ekonomi klub.
Meskipun hasil musim lalu belum memuaskan, Ratcliffe mengungkapkan bahwa United mencatat pendapatan tertinggi sepanjang sejarah dengan laba operasional tertinggi kedua. Namun, ia menilai dampak restrukturisasi belum sepenuhnya terlihat karena klub gagal lolos ke Liga Champions musim ini. Ratcliffe optimistis angka keuangan United akan terus membaik dan menjadikan klub ini sebagai yang paling menguntungkan di dunia. Ia percaya bahwa dari kekuatan finansial yang stabil, kesuksesan di lapangan akan tumbuh secara berkelanjutan.
Meskipun menuai kritik karena hasil buruk di Premier League dan kegagalan di final Liga Europa melawan Tottenham Hotspur, Ratcliffe tetap yakin bahwa proyek jangka panjangnya akan membuahkan hasil. Ia memahami kekecewaan penggemar, tetapi menegaskan bahwa membangun kembali kejayaan klub membutuhkan waktu dan konsistensi.
Ratcliffe juga mengomentari tekanan media yang menurutnya sering menuntut hasil instan. Ia menilai banyak pihak beranggapan bahwa perbaikan di klub besar seperti United bisa terjadi secepat menyalakan saklar, padahal proses tersebut jauh lebih kompleks.
Menanggapi hubungannya dengan keluarga Glazer, Ratcliffe menyebut mereka sebagai orang-orang yang baik dan peduli terhadap klub. Ia menilai hubungan mereka berjalan harmonis, dengan Glazer memberikan kebebasan penuh kepadanya untuk menjalankan operasional sepak bola.
Menurut Ratcliffe, perbedaan lokasi juga membuatnya lebih efektif memimpin klub. Ia menilai dirinya memiliki keunggulan karena hadir langsung di Manchester, sementara keluarga Glazer berada di Amerika Serikat dan sulit mengelola klub sebesar United dari jarak jauh.
Dalam pandangan Ratcliffe, semua keputusan yang diambil, termasuk yang tidak populer, bertujuan membawa Manchester United ke era baru yang lebih efisien, kompetitif, dan berkelanjutan.
Editor: Diana 14







