Tangerangsatu Bola – Bek New York City FC (NYCFC), Tayvon Gray, enggan membocorkan resep sukses timnya dalam meredam serangan Charlotte FC di laga pertama. Namun, satu hal pasti, strategi defensif yang diterapkan berhasil membuat frustrasi lini depan Charlotte.
Dalam kemenangan 1-0 di kandang Charlotte, NYCFC mampu membatasi tembakan lawan hanya tiga kali, dengan hanya satu yang mengarah ke gawang. Bahkan, Charlotte gagal menciptakan peluang berbahaya di babak pertama. Gray mengakui bahwa dirinya dan Kevin O’Toole memberikan tekanan tinggi yang menyulitkan lawan.

Namun, tantangan di laga kedua akan berbeda. Charlotte akan diperkuat kembali oleh Wilfried Zaha, pemain depan yang absen di laga pertama karena skorsing. Kembalinya Zaha tentu menjadi ancaman serius bagi pertahanan NYCFC. Sebelum absen, Zaha tampil impresif dengan mencetak gol dalam tiga pertandingan beruntun.
Pelatih NYCFC, Pascal Jansen, mengakui kualitas Zaha, namun menegaskan bahwa timnya telah menyiapkan rencana khusus untuk meredamnya. Jansen menekankan pentingnya mengantisipasi kekuatan dan kelemahan Zaha, dan meyakini bahwa timnya siap menghadapi tantangan tersebut.
Pertandingan di Yankee Stadium akan menjadi laga kandang pertama NYCFC di babak playoff sejak 2021, tahun di mana mereka meraih gelar MLS pertama mereka. Dengan dukungan penuh dari para penggemar, NYCFC bertekad untuk mengamankan tiket ke babak selanjutnya, di mana mereka akan menghadapi pemenang antara Philadelphia dan Chicago.
Tekanan tentu akan ada, namun gelandang Aiden O’Neill justru melihatnya sebagai bagian dari kesenangan dalam sepak bola. Sementara itu, Gray menganggap tekanan sebagai hal positif yang menunjukkan keseriusan tim dalam meraih kemenangan.
Pertandingan pertama antara kedua tim berlangsung cukup panas, dengan beberapa insiden kecil terjadi di lapangan. Jansen menekankan pentingnya menjaga kepala tetap dingin dan tidak terpancing emosi di laga kedua. Ia menyebutnya dengan istilah "blue head".
Editor: Diana 14







