Tangerangsatu Bola – Manchester United menghadapi musim yang krusial. Beban berat dipikul Ruben Amorim untuk membalikkan keadaan setelah finis mengenaskan di posisi ke-15 musim lalu tanpa meraih satu trofi pun. Manajemen klub tak main-main, menggelontorkan dana fantastis sekitar 200 juta poundsterling (sekitar Rp 4,37 triliun) untuk memperkuat lini serang. Kegagalan membawa perubahan signifikan, bisa jadi petaka bagi Amorim, menjadikannya pelatih selanjutnya yang terdepak dari Old Trafford.
Terpuruk di posisi ke-15 menjadi tamparan keras bagi seluruh elemen klub. Ambisi kini realistis, bahkan sekadar tidak lebih buruk dari musim lalu pun sudah dianggap sebagai pencapaian. Kondisi ini bisa menjadi keuntungan bagi Amorim, yang kini bisa lebih fokus meramu strategi di lapangan tanpa terbebani jadwal kompetisi Eropa.

Amorim melakukan revolusi tim dengan membenahi karakter pemain, bukan hanya sekadar kemampuan teknik. Sejak ditunjuk November lalu, tugasnya lebih mirip pemadam kebakaran daripada arsitek tim. Ia langsung menyingkirkan pemain yang dianggap tidak siap berjuang, baik secara teknik maupun mental. Kini, ia memiliki pemain dengan karakter yang diyakininya mampu mewujudkan rencana ambisiusnya.
Dua rekrutan kelas atas, Matheus Cunha dan Bryan Mbeumo, didatangkan dengan ekspektasi tinggi untuk menghidupkan kreativitas dan produktivitas serangan, dua hal yang nyaris hilang dari tim sebelumnya. Musim lalu, United hanya mampu mencetak 44 gol dari 38 pertandingan Premier League, sebuah catatan yang memalukan.
Setelah Cunha dan Mbeumo tiba dengan nilai transfer gabungan 130 juta poundsterling (sekitar Rp 2,83 triliun), perburuan striker kelas atas akhirnya membuahkan hasil dengan kedatangan Benjamin Sesko dari RB Leipzig seharga 73,3 juta poundsterling (sekitar Rp 1,60 triliun). Tekanan besar langsung menghampiri trio lini depan baru ini.
Performa kandang United musim lalu sangat buruk, hanya meraih tujuh kemenangan dari 19 pertandingan. Bencana ini tidak boleh terulang. Laga pembuka melawan Arsenal akan menjadi indikator nyata apakah perubahan sudah mulai terasa.
Kedatangan Amorim di tengah musim dengan membawa ide formasi 3-4-3 menjadi tantangan tersendiri, apalagi dengan materi pemain yang tampak belum sepenuhnya mendukung. Meski diberi ruang untuk bereksperimen karena situasi buruk sebelumnya, Amorim kini dihadapkan pada realita finansial yang membatasi perombakan tim secara total. Jika performa tidak membaik, ia mungkin harus mengorbankan idealismenya demi hasil, atau menghadapi risiko pemecatan.
Setelah gelombang PHK dan pemangkasan biaya, klub tampak menuju stabilitas finansial. Namun, situasi tersebut memukul moral staf yang bertahan. Banyak staf senior memilih hengkang musim lalu. Absennya kompetisi Eropa juga memicu kekhawatiran finansial, namun wacana pembangunan stadion baru diharapkan bisa meredam kritik. Sementara itu, suporter marah karena kenaikan harga tiket dan pemindahan tempat duduk, menciptakan atmosfer yang kurang kondusif.
Semua harapan kini tertumpu pada Matheus Cunha. Gelandang serang asal Brasil ini menjadi pilihan utama Amorim untuk menghidupkan kreativitas dan kecepatan serangan. Penampilannya di Wolves menunjukkan kualitasnya yang cepat beradaptasi. Namun, kendali emosi menjadi catatan penting, ia dua kali diskors musim lalu karena kehilangan kesabaran. United berharap Cunha bisa memberikan sentuhan magis yang sudah lama hilang.
Selain itu, Chido Obi yang dipromosikan akhir musim lalu, tampil enerjik dan menjadi penguat serangan. Debutnya dibarengi prestasi apik dengan mencetak 14 gol di berbagai level umur, dan ia siap membuktikan dirinya musim ini.
Musim ini juga menjadi momen penting bagi Kobbie Mainoo. Musim lalu, hampir tidak ada pemain yang tampil konsisten. Mainoo, yang sempat menjadi pemain reguler, sering dipindah posisi atau menjadi pemain cadangan. Amorim menyebut ia masih memiliki banyak pekerjaan rumah dan tidak bisa terus-terusan percaya pada hype. Jika tidak bisa beradaptasi dengan skema barunya, besar kemungkinan ia akan dilepas.
Editor: Diana 14







